Saya jadi senyum-senyum sendiri saat membaca berita tentang penangkapan terhadap seseorang di Malut gegara mengunggah salah satu lelucon Gus Dur di dinding Facebooknya. Belakangan ada yang meluruskan tidak ada penangkapan tapi pemanggilan. Namun, ada kesan berlebihan, padahal guyonan ini sudah terkenal sejak dulu kala. Yang jelas saya jadi ingat humor-humor cerdas cucu pendiri NU ini.
Beberapa buku yang berisi humor Gus Dur sudah lama mengisi deretan koleksi bacaan saya. Sejak dulu saya penikmat humor berkelas mantan Presiden RI ini. Candaan yang menurut saya beirisi. Tidak heran jika sesekali ada yang kesentil. Yang jelas guyonannya banyak yang yang menghibur dan bikin nyengir.
Ketika harus tampil berbicara di depan banyak orang, meski hanya sambutan biasanya saya menyiapkan bahan untuk disampaikan. Supaya tidak monoton dan membosankan saya selipkan joke dan humor segar. Tidak jarang “kulakan” humor Gus Dur yang sekiranya nyambung dengan tema pertemuan, kalo gak nyambung ya disambung-sambungkan he he
Hafal anekdot dan guyonan Gus Dur ternyata ada gunanya, selain bisa mencairkan obrolan juga untuk melawan kantuk dan kesunyian dalam perjalanan.
O iya..menyampaikan humor itu harus rileks, pas intonasi juga pakai ekspresi. Senyum dan riuh tawa biasanya bisa dijadikan ukuran keberhasilan penyampaian.
Dalam sebuah tulisan disebutkan manfaat humor dalam bisnis adalah untuk bumbu komunikasi dengan konsumen maupun relasi. Sifatnya kodisional, lihat dengan siapa berbicara. Konon, dalam sebuah pengantar buku dari penulisnya menyatakan “Ketika Anda menyelipkan humor dalam pidato, menyampaikan materi dalam seminar atau pembicaraan bisnis dengan klien, Anda akan tampak seperti koki ulung. Dengan menambahkan sejumput garam, sayur, potongan daging, bumbu serta rempah-rempah, sup kental yang hambar akan berubah menjadi makanan yang gurih nan lezat. Semua orang yang mencicipi akan berdecak kagum dan memuji Anda”
Hiburan bisa kita dapat dari cerita humor dan guyonan. Di rak buku saya ada beberapa buku yang bergenre lucu-lucuan. Yang terakhir saya beli buku komika Raditya Dika. Browsing juga youtube an pun tidak jarang buka yang bisa bikin senyum dan cekikikan.
Sepertinya anak laki-laki saya punya kecenderungan yang sama dengan saya. Koleksi si Juki, komik kocak ini banyak sekali ditumpukan meja belajarnya. Membacanya sambil ketawa dan senyum adalah hal biasa. Yang melihat bisa-bisa malah bisa ikut-ikutan senyum dan tertawa. Yang dilihat di TV juga yang begitu-begitu juga. Acara yang hostnya menyebut singkatan markili dan markinton. Yang suka menonton pasti tahu program dan chanel ini. Saya tahu tapi hanya sambil lalu.
Yang pasti humor tetap ada batasannya. Semua yang berlebihan tidak akan baik akibatnya.
Posting Komentar