Al-Ustadz Dr.Ahzami sami'un Jazuli, MA saat memberikan taujih kepada keder PKS Blora (13/09/2016) |
Dakwah
Islam memiliki beberapa karakter yang menggambarkan bagaimana Islam sebenarnya.
Dakwah Islam adalah dakwah yang juga mempunyai karakter dan sifat-sifat Islam
itu sendiri. Dengan memahami karakter ini maka kita mendapatkan suatu pemahaman
yang jelas tentang dakwah. Kesadaran akan dakwah pun muncul sehingga kita dapat
mengembangkan dan memelihara dakwah ke masyarakat.
Di antara
ciri-ciri dakwah adalah Rabbaniyah, Islamiyah qobla jam’iyah, syamilah ghoiru
juz’iyah, mu’ashirah ghoiru taqlidiyah, mahaliyah wa ‘almiyah, ‘ilmiyah,
bashirah Islamiyah, mana’ah Islamiyah, inqilabiyah ghoiru tarqi’iyah.
Dengan
ciri-ciri dakwah ini, akan dapat menjelaskan bagaimana sebaiknya dakwah dan
jamaah Islamiyah. Penggambaran ciri dakwah ini juga akan membentuk suatu fikrah
dan kesadaran bagaimana dakwah yang baik, benar, dan perlu diikuti. Persaingan
antara dakwah dan jamaah Islamiyah serta berbagai persoalan yang berkaitan
dengan jamaah dapat dijawab dengan materi khosoisud da’wah.
Hasiyah
1. Khoshoisud da’wah
Syarah
Khoshoisud da’wah adalah ciri-ciri dakwah atau jamaah.
Berbagai ciri-ciri ini ada yang berkaitan dengan program, sasaran, sifat,
aktivitas, dan proses perjalanan dakwah. Penggambaran ciri dakwah ini hanyalah
sebagian saja tetapi semuanya merupakan bagian dari sifat dan ciri Islam itu
sendiri. Ciri dakwah yang disampaikan disini adalah sebagian saja karena
luasnya ciri dakwah Islam yang dimiliki. Ciri dakwah Islam sesuai dengan ciri
Islam itu sendiri. Penjabaran ciri-ciri di bawah ini hanyalah berkaitan dengan
hal-hal yang penting saja atau yang dapat dijadikan sasaran.
2. Rabbaniyah
Syarah
Dakwah yang rabbani adalah dakwah yang merabb (berorientasi
kepada tuhan). Rabbani berarti segala aktivitas dakwah Islam harus merujuk
kepada Allah sebagai rabb. Minhaj dan ghoyah harus dikembalikan kepada Allah
SWT. Beberapa petunjuk yang dapat dijelaskan disini adalah ciri dakwah rabbani
berarti mereka yang terlibat dalam dakwah harus melakukan tadarus dan ta’lim.
Pelaku dakwah rabbani harus memiliki sifat yang tidak lemah, tidak bersedih
hati, tidak wahn tetapi berani dan siap berhadapan dengan siapapun. Dakwah
rabbani juga menjunjung tinggi syura yang merujuk kepada Allah (sumber), Rasul
(cara), dan ulil amri (nizam).
Dakwah rabbani juga mengambil aqidah dan tauhid sebagai
sesuatu yang utama, warna akhlak Islamiyah, ukhuwah Islamiyah, dan jihad juga
merupakan ciri dakwah rabbani. Dakwah rabbani juga bertumpu kepada tarbiyah
takwiniyah dalam membentuk kader dan kemudian menerjunkan kader kedalam
masyarakat melalui ketokohan, kepakaran, dan keikutsertaan.
Dalil
3:79 ;
3:146 ;
3. Islamiyah qobla
jam’iyah
Syarah
Islam mengajak dan menyeru perasatuan bukan perpecahan.
Diantara penyebab perpecahan adalah ta’asub dengan jamaah atau kumpulan. Allah
SWT berfirman agar melarang kita berpecah belah dan berbangga-bangga dengan
kumpulan, tetapi Allah SWT menyuruh kita bersatu di dalam Islam melalui aqidah
Islamiyah dan I’tisham bihablillah.
Islamiyah qobla jamiyah bukan menafikan peranan jamaah atau
tidak memerlukan jamaah atau kumpulan. Pernyataan ini adalah usaha meluruskan
dan untuk menduhulukan Islam dari jamaah sehingga mengenal Islam dan sadar
Islam adalah prioritas utama yang kemudian dapat menerima peranan jamaah
setelah kesadaran Islam. Hal ini akan membentuk sikap kepada pribadi untuk
menerima semua golongan atau mau berdakwah kepada semua golongan sehingga
memudahkan munculnya dakwah ustadziyatul ‘alam.
Pembedahan jamaah diberikan setelah kesadaran mad’u kepada
Islam sehingga penerimaan jamaah dilakukan dengan cara yang baik. Sikap kepada
jamaah sebagai wasilah dan bukan satu-satunya tujuan walaupun jamaah digunakan
untuk membawa dakwah kita.
Pendekatan Islamiyah juga berarti juga kita memberikan
bagaimana semestinya kita seorang muslim dengan dakwah Islamiyah akan terbentuk
syakhshiyah Islamiyah. Siapakah yang menjalankan dakwah ini? Jawabannya adalah
jamaah. Memberikan fikrah mengenai ciri-ciri dakwah Islam adalah usaha untuk
mengajak manusia ke dalam jamaah setelah mereka memerlukan atau memahami kepentingannya.
Dalil
30:31-32 ;
49:13 ;
3:103 ;
4. Syamilah ghoiru
juz’iyyah
Syarah
Dakwah Islam adalah sesuai dengan nilai Islam sehingga
dakwah Islam harus bersifat syamilah (sempurna). Dakwah tidak boleh juz’iyyah
(parsial). Syamilah dari segi program, aktivitas, tujuan, dan minhaj. Dakwah
yang syamilah juga mencakup bidang tarbiyah, dakwah dan sosial, budaya,
politik, ekonomi dan pertahanan dan keamanan. Aspek ini harus dibicarakan oleh
dakwah. Tanpa membahas masalah ini atau hanya membahas masalah dakwah saja maka
dakwah bersifat juziyah.
Dakwah syamilah juga menekankan peranan dan aktivitas dakwah
yang membahas masyarakat dan keahlian, dakwah juga bertumpu kepada jihad dan
tegaknya syariat. Dakwah syamilah berperan di dalam membangun masyarakat
melalui potensi dirinya.
Pemahaman terhadap dakwah syamilah ini akan membuka
pemikiran aktivis perlunya dakwah dan agar Islam dapat diterima masyarakat.
Diterimanya aktivis oleh masyarakat tentunya mempunyai beberapa ciri misalnya
karena tokoh, status, kemampuan, kepakaran, dan lain sebagainya. Untuk memcapai
ciri ini maka dari sekarang jamaah dan dakwah sudah memikirkan dan bergerak
dengan berbagai bidang.
Dalil :
2:208 ;
6:161-162 ;
5. Mu’ashirah ghoiru
taqlidiyah
Syarah
Dakwah bersifat mu’asirah (kontemporer) dan tidak taqlidiyah
(kuno). Pendekatan dakwah secara minhaj
harus mengikuti asholahnya yaitu Al Qur’an dan Sunnah walaupun ada yang
menyebutkan bahwa pendekatan ini adalah kuno. Tetapi secara uslub seperti
wasilah dan strategi harus canggih dan mengikuti perkembangan semasa.
Pendekatan mu’asirah berarti mengambil situasi dan kondisi,
peristiwa, sikap, keperluan dan kemudian dikaitkan dengan sasaran. Pendekatan
mu’sirah di dalam dakwah misalnya dakwah dengan internet, power point dan
sebagainya.
Dakwah mu’asirah juga menggunakan pendekatan semasa seperti
partai, pemilu dan sebagainya. Peperangan juga dilakukan dengan senjata yang
canggih bukan dengan panah atau pisau, begitu kendaraan tidak dengan kuda atau
unta.
Pendekatan taqlidiyah adalah pendekatan kuno yang tidak
memperhatikan perkembangan zaman dan merujuk secara buta kepada sesuatu yang
kuno dan mungkin tidak lagi sesuai dengan keadaan sekarang. Sikap taqlid juga
muncul karena kurangnya pengetahuan sehingga mengikuti sesuatu tanpa pemahaman
yang jelas, atau melaksanakan sesuatu tanpa ilmu.
6. Mahaliyah wa
‘alamiyah
Syarah
Dakwah Islam sesuai dengan nilai Islam yang universal. Islam
adalah agama untuk semua manusia dan juga rahmat bagi seluruh alam. Kahadiran
Islam adalah mendunia dan juga untuk kebahagiaan makhluk, khususnya manusia.
Dakwah yang global dan dunia adalah ciri dakwah Islam, oleh karena itu dakwah
dan jamaah juga harus bertaraf internasional. Ummat Islam ada di segala penjuru
dunia maka dakwah dan jamaah pun harus ada di penjuru tersebut. Tandzim dan
jamaah di setiap negeri haruslah berkaitan juga dengan tandzim yang ada di luar
dn menyatu di dalam kekuatan dakwah Islam.
Walaupun dakwah adalah bersifat internasional tetapi
operasional kita adalah mahaliyah (tempat). Tempat dimana kita berada, berdiri,
dan menginjakkan kaki itulah sebagai tempat dakwah kita, tetapi secara fikrah
dan hubungan harus bertaraf internasional. Dengan demikian ta’awun dan kesatuan
ummat akan terwujud.
Jamaah dan dakwah sepakat bahwa ini lebih kepada qotr atau
negeri misalnya jamaah atau dakwah yang sebatas Malaysia dan tidak berhubungan
secara struktur dengan dakwah dan jamaah di luar. Padahal suatu kenyataan yang
kita hadapi bahwa musuh Islam bersifat Internasional, mereka pun bersatu untuk
melawan kita dan menghancurkan secara berjamaah dari berbagai arah di dunia.
Keadaan demikian juga menuntut kita untuk melakukan dakwah secara
internasional, selain untuk menghadapi musuh juga untuk menegakkan syari’ah.
Tuntutan dunia ke arah globalisasi juga akan membawa dakwah
Islam dilakukan secara mendunia dan global, terbuka serta universal.
Dalil :
34:28 ;
21:107 ;
7. ‘Ilmiyah
Syarah
Dakwah yang islami adalah dakwah yang berjalan melalui
pendekatan ilmiyah, sehingga muncul kesadaran Islam. Pendekatan kuliah,
ceramah, perbincangan, latihan adalah sebagian usaha pendekatan dakwah secara
ilmiyah. Tanpa pendekatan ilmiyah, maka dakwah akan diikuti oleh mereka yang
taqlid, bodoh, tidak sadar dan ikut-ikutan sehingga akan membahayakan jamaah
itu sendiri. Allah SWT melalui firmannya di dalam Al Qur’an atau Muhammad SAW
melalui sabdanya di dalam hadits selalu menekankan ilmu dan cara pendekatan
Qur’an dan Hadits dengan cara ilmiyah yaitu usaha menyadarkan Islam bukan
memaksa dan juga bukan memberikan tekanan. Masalah tekanan dan paksaan adalah
sesuatu yang dilarang oleh Islam. Pendekatan ilmiyah ini mengajak manusia
berfikir dan mengerjakan amalan Islam secara bertahap mengikuti pemahaman dan
kesadaran. Cara demikian akan menghasilkan suatu cara yang sangat efektif dalam membentuk kesadaran Islam.
Dalil:
17:36 ;
2:256 ;
8. Bashirah Islamiyah
Syarah
Keterangan yang nyata dengan bukti yang jelas dan benar
adalah sifat Islam. Dakwah harus mendasarkan minhaj dan programnya kepada
Islam. Dalil-dalil, rujukan, dan panduan dari Islam adalah ciri dakwah Islam,
bukan minhaj yang berasal dari luar Islam.
Keadaan yang dapat menipu adalah keadaan orang putih yang
sudah maju dan mengeluarkan banyak produknya misalnya masalah manajemen. Hal
ini dapat mempengaruhi kita memakai teori-teori itu tanpa dipilih atau dilihat
menurut Islam. Manajemen Barat berbeda dengan manajemen Islam. Penerapan
manajemen Barat ke dalam dakwah dan jamaah Islamiyah adalah suatu yang keliru
atau akan menghancurkan dakwah itu sendiri. Hal ini adalah suatu bukti dari
dakwah yang tidak berdasarkan bashirah Islamiyah.
Masalah yang berkaitan dengan dugaan atau pengalaman yang
terbatas juga akan menghambat sikap kepada bashirah Islamiyah. Oleh karena itu
perlu rujukan yang kuat kepada Islam, sehingga Islam mewarnai gerak dakwah
kita.
9. Mana’ah Islamiyah
Syarah
Dakwah Islam harus mempunyai ciri-ciri mana’ah
(kebal/benteng) Islam. Untuk mencapai ini maka dakwah berorientasi kepada
pencapaian penguasaan teori (istiab nadhori), penguasaan moral (istiab ma’nawi)
dan penguasaan amal (istiab amal).
Penguasaan teori ini dicapai apabila pribadi yang didakwahi
diberi bekal dengan pengenalan kepada prinsip Islam (ma’rifatul mabda’) seperti
rukun Islam, rukun iman, dan prinsip lainnya. Selain itu juga mad’u perlu
diberi pengenalan kepada fikrah (ma’rifatul fikrah) dan pengenalan minhaj
(ma’rifatul minhaj). Ketiga pengenalan ini dilakukan agar mencapai penguasaan
teori. Biasanya bahan-bahan tamhidiyah I (level UK) diusahakan untuk mencapai
sasaran ini.
Penguasaan moral dicapai dengan cara menumbuhkan melalui
latihan, amalan, dan aplikasi yaitu kehendak yang kuat (al wafa tsabit).
Sasaran ini dicapai dengan mengamalkan konsep yang sudah difahami dalam bentuk
amal, biasanya dalam bentuk latihan, tugas, dan program bersama yang dilakukan.
Sedangkan penguasaan amal dicapai dengan gerakan yang
terus-menerus (harakah mustamirah) dan semangat pengorbanan (ruhul bazl).
Tadzrib, tamrinat dan sebagainya adalah cara dakwah mencapai penguasaan amal
ini.
10. Inqilabiyah
ghoiru tarqi’iyyah
Syarah
Perubahan yang dikehendaki oleh dakwah adalah perubahan yang
bertahap di dalam proses yang dikehendaki untuk mencapai sasaran yang
ditentukan. Perubahan tidak mendadak dan asal jadi saja tetapi lebih kepada
perubahan yang bertahap (inqilabiyah) mengikuti kemampuan, kefahaman, dan level
mad’u.
Dengan perubahan yang demikian maka dapat menghasilkan
pribadi yang furqon sehingga muncul pribadi yang kuat
Good evening guys! Our online assignment writing service https://essaysrescue.com/masterpapers-review/ has a confidential policy in place to protect the sensitive data of customers. Information such as bank and login details are safe since our site has end-to-end encryption technology that prevents online risks. Also, we restrict staff from sharing data with third parties and unauthorized personnel from any access.
BalasHapusA-Team Global, as a software development company, likely plays a crucial role in shaping digital solutions and innovations. In today's tech-driven world, such companies like A-Team Global often serve as the architects of efficiency, enabling businesses to navigate the complexities of the digital landscape and stay competitive. Their expertise in software development can be a driving force for progress and success in various industries.
BalasHapus