0
Ustad Dr.Khairan Muhammad Arif.MA 
Tarbiyah Qiyadiyah DPW PKS SULUT
oleh DR.CHOIRON M.ARIEF
(Manado, 29 September 2016)

Tema pembicaraan kita tentu adalah tema Dakwah, itu yang senantiasa kita dengungkan dalam keseharian kehidupan kita.


Kondisi yang menyertai Dakwah di zaman dahulu berbeda dengan kondisi hari ini. Walaupun tujuan Dakwah itu sendiri tetap sama.


Dahulu kehidupan  Rasullullah Sallallahu 'alayhi wasallam dan para Sahabat sangat terbatas, bukan karena kurang tetapi karena mereka sendiri yang membatasi dirinya dengan nikmat yg ada.


Makanan Rasulullah hanya Kurma dan airnya pun hanya zam zam. Begitupula para Sahabat, mereka membatasi apa yg mereka nikmati.


Suatu ketika seorang sahabat pernah disajikan segelas susu, tetapi tidak ia minum. Bertanyalah sahabat yang lain mengapa susu itu tidak ia nikmati. Si sahabat menjawab bahwa ia takut kelak ia tidak bisa memberi pertanggung jawaban atas hitungan nikmat setiap tetes susu yang ia minum.


Begitulah mereka, bukan tak mampu lebih, pun bukan pula tak bisa memiliki. Mereka hanya khawatir dan takut belum bersyukur atas semua Nikmat ALLAH Subahanahu wata'ala atas nikmat yang sudah ada, lalu menambah lagi dengan nikmat yang lebih yang banyak yang belum tentu mampu untuk di syukuri.


Kita dizaman sekarang jauh lebih banyak fasilitas nikmat yang dirasa. Tetapi sayangnya semangat dakwah mulai lemah atas karena nikmat yang banyak itu
Ikhwatifillah ada 2 hal yang harus kita perhatikan kembali, hal yang perlu di Riayah yaitu


Pertama ; Waqaf
Apa yang sudah kita waqafkan kepada Allah? Waqaf berarti Berhenti. Maka maksud disini adalah semua yang di waqafkan pada Allah sudah seharusnya berhenti dan tidak lagi dialihkan bahkan diambil kembali.


Qs AtTaubah 111 kata "anfus wa anwal" bermakna bahwa diri ini sudah qita waqafkan untk Allah. Diri berupa pemikiran, waktu, tenaga bahkan nyawa. Sementara amwal berarti semua harta kita yaitu kekuasaan, jabatan, rumah, perniagaan, uang, bahkan tubuh kita ini seluruhnya adalah waqaf untuk Allah. Karena tubuh ini adalah termasuk harta.


Lalu apakah benar  diri dan harta kita sudah berhenti sepenuhnya tepat pada Allah? Jangan sudah dikatakan kita waqafkan pada Allah tetapi malah kita ambil kembali untuk kita nikmati, maka berhati hatilah.


Bila kita waqafkan anggota tubuh kita maka banyak keutamaan yang bisa kita dapatkan, diantaranya adalah Mata kita.


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهَمَا النَّارُ أَبَداً : عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ، وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ".
Rasulullah SAW bersabda: “Dua mata yang tidak akan disentuh api neraka untuk selama-lamanya : mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang bermalam dalam rangka berjaga di jalan Allah”. (HR. Tirmidzi)
Ikhwatifillah...betapa hadits ini seharusnya menjadi kabar gembira bagi kita yang kelelahan. Bagi mata yang senanti terjaga untuk menangis padaNya. 


Seberapa sering kita menangis? Larut pada mengingat Allah. Pilih waktu terbaik untuk Muhasabah. Terlalu banyak hal dalam diri ini yang harus kita tangisi. 

Masih banyak khilaf, dosa, kesombongan dan lain sebagainya yang harus kita Muhasabah.

Lantas mengapa kita jarang menangis?


Lalu matanya aktifis dakwah, bukan mata yang terbuka untuk perkara dunia. Dahulu Rasulullah dan sahabat sering terjaga dalam peperangan, belum benar benar terpejam lalu perang kembali. Nah kita tak ada perang fisik, tapi mata kita seharusnya tidak banyak terpejam karea kita sibuk berfikir tentang Negara ini, bagaimana agar kita berhasil memenangkan pilkada untuk islam, bagaimana kita bisa sukses menempatkan banyak perwakilan kita di dewan untuk memperjuangkan hak rakyat, bagaimana kita harus rapat atau liqo sehingga benar benar mata kita lebih sering terbuka dari pada tertutup.

Mata yang seperti inilah yang haram baginya api neraka.

Kedua : Akhirat
Kita semua pasti mati, hanya waktunya yang mungkin berbeda. Apakah kita akan hidup selamanya? Hati hati bila Paradigma Hidup kita belum benar. Karena ini akan sangat berpengaruh pada perjalanan hidup kita.


Paradigma hidup kita adalah AKHIRAT. Didalam Alqur'an tak ada pemujian terhadap Dunia, semuanya maknanya buruk. Salah satu ayatnya yaitu QS Al-An'am 32 bahwa dunia ini hanya "la'ibu wa lahwu" permainan dan senda gurau. Maka orang yang tujuannya adalah dunia sesungguhnya ia telah tersesat. Ia membuat waktunya hanya untuk bermain dan senda gurau saja.


Diakhir ayat Allah katakan bahwa Akhirat lebih baik bagi orang orang yang bertaqwa.


Kalaupun ada dalam Alqur'an bahwa dunia "baik" hanyalah Qs AlBaqarah 201, doa yang senantiasa kita lantunkan agar dunia kita hasanah yg berarti baik.
Ikhwatifillah...Paradigma hidup kita bukanlah DUNIA, jangan kita cintai dunia ini karena ini hanya tempat pembuangan.


Nabi Adam As dan Istrinya Hawa hanya dibuang di dunia, membuat hawa menjadi buta karena terus menangis menyesal terbuang di dunia. Terlalu bagus syurga sana, sehingga rasanya tidak layak untuk ditukar dengan dunia.
Maka berjuanglah kita untuk kembali ke tempat kita berawal.


Rasulullah pernah berkata kepada Istrinya Aisyah bahwa berjuanglah untuk masuk ke syurga tanpa hisab.

Karena apa? Karena yang mudah itu yang tidak di hisab. Siapa yang tidak dihisab? Mereka adalah yang mati syahid.

Rasulullah diwaktu yang lain pun berkata kepada sahabat bahwa syurga telah penuh oleh 70.000 orang padahal dikala itu ada 113.000 sahabat. Begitu banyak sahabat meminta agar juga dimasukan juga ke dalam syurga, dan Berkata Rasulullah bahwa matilah syahid agar engkau menjadi bagian dari penghuni syurga.


Maka strategi syahid kita adalah Dakwah.


Sayid Qutb mengatakan ada 4 kemuliaan bagi mereka yang memiliki Paradigma Akhirat.1. Khusyu Sholatnya2. Pemimpin yang adil3. Manusia yang profesional4. Doanya makbul


Tidakkah empat kemulian itu ingin kita dapatkan? Orang yang demikian ini adalah orang yang memandang dunia bukan sesuatu yang menarik.
Karen Syurga dan Neraka sangat lekat di pelupuk matanya, bukan hanya sekedar anekdot belaka. (NA)


Sumber : sulut.pks.id












Posting Komentar

 
Top